Kesehatan

Remaja Meninggal Akibat Water Diet Ekstrem, Berat Badan 24 Kg

contactscience.org – Meninggal akibat water diet ekstrem hanya dengan mengonsumsi air selama enam bulan, Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Sreenanda dari Kerala, India. Diet berbahaya ini mengharuskan tubuhnya untuk tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup, yang akhirnya menyebabkan komplikasi kesehatan yang sangat serius.

“Baca juga : 9 Film Bioskop Terbaru yang Tayang Maret 2025”

Sreenanda mengalami anoreksia, sebuah gangguan makan yang dapat mengancam nyawa. Saat dilarikan ke rumah sakit, berat badan Sreenanda hanya mencapai 24 kg. Menurut Dr. Nagesh Prabhu, dokter yang menanganinya, kondisi Sreenanda sangat kritis. Ia terbaring lemah dengan kadar gula, natrium, dan tekanan darah yang sangat rendah. Bahkan, ia harus menggunakan ventilator untuk bertahan hidup. Namun, meski mendapat perawatan intensif, kondisi Sreenanda tidak membaik dan akhirnya ia meninggal dunia.

Keluarga Sreenanda tidak menyadari kondisi kesehatannya yang memburuk. Gadis tersebut sering menyembunyikan makanan yang diberikan oleh orang tuanya dan hanya bertahan hidup dengan air panas. Akibatnya, tubuhnya tidak bisa lagi menerima makanan. Organ-organ tubuh Sreenanda mulai melemah, terutama karena perut dan kerongkongannya mengecil akibat kekurangan asupan gizi.

Laporan menyebutkan bahwa Sreenanda mengikuti tren diet ekstrem yang ia temukan di YouTube tanpa pengawasan medis. Hal ini menunjukkan bahaya dari tren diet yang tersebar luas di media sosial, yang sering kali tidak disertai dengan pengetahuan yang tepat. Fenomena ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengikuti tren yang dapat membahayakan kesehatan, terutama bagi remaja yang sangat rentan terhadap tekanan sosial.

Pengetahuan yang minim

Anoreksia adalah gangguan makan yang membuat penderitanya merasa kelebihan berat badan meskipun sebenarnya berat badan mereka sangat kurang. Faktor penyebabnya bisa berasal dari tekanan sosial, stres, dan faktor genetik. Penyakit ini seringkali berawal dari keinginan untuk memiliki tubuh yang langsing, yang pada akhirnya menyebabkan perilaku makan yang tidak sehat.

Kasus tragis ini menyoroti pentingnya edukasi gizi yang benar dan kewaspadaan terhadap dampak pengaruh media sosial pada remaja. Remaja cenderung lebih mudah terpengaruh oleh berbagai informasi yang tidak terverifikasi di media sosial. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua, guru, dan masyarakat untuk memberikan edukasi yang memadai mengenai pola makan yang sehat dan seimbang. Jangan biarkan tren yang tidak bertanggung jawab merusak kesehatan generasi muda.

“Baca juga : RI Bangun RS Ibu dan Anak di Gaza, 75% SDM dari Indonesia”

Keputusan untuk mengikuti diet ekstrem tanpa pengawasan medis dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, selalu konsultasikan dengan profesional medis sebelum mengikuti tren diet apapun demi kesehatan tubuh.

beniss

Share
Published by
beniss

Recent Posts

134 Ribu Orang di Indonesia Cuci Darah 2024 karena Gagal Ginjal

contactscience.org - Jalani cuci darah terus menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Tahun 2024, biaya…

16 hours ago

Manfaat Kolang-kaling untuk Lutut Menurut Dokter

contactscience.org - Manfaat kolang-kaling yang tidak hanya lezat dijadikan takjil saat Ramadan, tetapi juga bermanfaat…

2 days ago

Tren Campur Kurma dan Unsalted Butter, Pesan Dokter Gizi

contactscience.org - Campur kurma dengan unsalted Butter sedang tren terbaru di kalangan masyarakat. Memang tidak…

3 days ago

Batuk Waspadai Saat Musim Pancaroba, Kenali Penyebabnya

contactscience.org - Saat Musim Pancaroba sering membawa tantangan kesehatan yang mengganggu banyak orang. Cuaca yang…

4 days ago

Penyebab Susah BAB Saat Puasa dan Cara Mengatasinya

contactscience.org - Susah BAB saat puasa banyak orang mengalami kesulitan buang air besar (BAB) atau…

5 days ago

Puasa Dapat Turunkan Risiko Stroke, Ini Penjelasan Medisnya

contactscience.org - Turunkan Risiko Stroke salah satu manfaat dari berpuasa bagi kesehatan tubuh. Beberapa pakar…

5 days ago